perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


Mengurus Rumah Sendiri


Mulai dua bulan ini, aku akan lebih serius dalam mengurus rumah sendiri. Maksudnya, si lalerhidjo ini. Blog ini sempat hampir terabaikan gara-gara aku lebih banyak ketak-ketik, tulas-tulis, dan koman-komen untuk situs-situs komunitas, forum dan semacamnya. Selain itu, kebetulan (ini bukan hal yang layak dibilang 'betul' dink) belakangan ini, aku juga habis ide. Ide yang bagus terutama. Memang ada banyak proyek pribadi yang tertunda (entah sudah berapa ratus kali aku mengatakan ini), tapi hampir selalu saat sudah punya waktu, aku justru tidak punya cukup minat, semangat, dan kemampuan untuk melanjutkannya lagi.

Padahal sebenarnya aku sama sekali tidak kendor menulis. Justru sekarang, di pekerjaan baruku, tugasku adalah lebih banyak menulis dan menulis lagi. Kadang aku merasa itu bahkan bukan lagi menulis, tapi kadang seperti menyadur. Tapi, kalau dibilang menulis, ya itu memang menulis. Tapi, jika tidak ada blog, sulit rasanya aku dapat menulis apa adanya seperti yang kupikirkan. Aku tidak bicara fesbuk, twitter, plurk, dan semacamnya. Bagiku, keberadaan situs-situs itu gunanya lebih seperti ruang mengobrol saja, bukan untuk menulis (karena aku juga jarang mengobrol lagi, gawat juga nih). Pengalaman bergabung dengan forum dan blog komunitas lama-lama tidak aku suka. Aku seperti terpaksa jadi jaim. Memang, ini salahku sendiri. Tidak ada yang meminta aku untuk jaim. Tapi bagusnya jaim adalah berarti aku punya kesadaran bahwa tulisanku itu akan dibaca dan bisa memengaruhi orang lain. Akibatnya, kadang aku hanya berani menulis pengalaman hidupku saja. Mau menulis sebagai orang ketiga, aku malah jadi dilema karena di sisi lain aku juga ingin menulis hal-hal yang menurutku penting, tapi di sisi lain aku merasa aku belum dan terus saja belum siap untuk menulis topik yang menurutku penting dan ingin aku kuasai. Belum lagi, seperti kata Umberto Eco, melimpahnya bahan di internet sering bikin aku jadi menghabiskan waktu mencari dan terus mencari bahan, dan tidak kunjung membaca, apalagi menulis berdasarkan berbagai referensi itu. Kini, di blog laler ini aku akan kembali ke masa-masa awal ngeblog dulu. Aku ingin menulis apa adanya, seperti yang kupikirkan. Memang, keadaan tidak akan bisa sama lagi. Terbiasa mengerem dan menyaring sebelum menyatakan apa-apa di tulisan akan tetap ada. Tapi, setidaknya aku bisa jauh lebih bebas di sini. Dan sebagai tanda bahwa aku mau lebih terbuka, aku pasang berbagai hal yang berhubungan denganku (banner facebook misalnya).

Well, si laler ini memang sudah cukup tua. Sudah hampir lima tahun, tanpa terasa. Tepatnya 50 bulan lebih. Dalam kurun waktu itu, hanya sekali saja aku alpa mengisi barang satu posting dalam sebulan (ini cukup keterlaluan karena sebenarnya aku relatif tidak pernah tidak online sama sekali dalam jangka seminggu dua minggu, tapi aku tetap alpa posting di bulan September 2007). Memang sempat beberapa kali aku bahkan hanya memposting link dari youtube. Tapi kini, di tengah agak redupnya popularitas blog (sebagian karena FB, sebagian karena aksi blokar-blokir pemerintah), aku merasa bangga karena bisa lumayan konsisten mempertahankan blogku ini hingga 50 bulan. Asal Google tidak berbuat seperti Yahoo yang menutup geocities, semoga saja tulisan-tulisan yang kubuat sejak masa jadi pengangguran itu bisa dinikmati lintas generasi. Semoga aku juga bisa tetap konsisten.

Sebelum tulisan ini (yang kuketik langsung di boxnya blogspot) jadi tambah melebar dan malah membicarakan tentang diriku atau tentang sejarah blog ini, maka aku nyatakan bahwa blog ini akan kembali bergairah lagi. Damn, baru saja donwload file besar gagal!! Tinggal dikit padahal. Wyzo tidak bisa diandalkan.

Label:

Klik sini buat yang penasaran lanjutannya...

Personality Test

Click to view my Personality Profile page

klik pada gambar untuk melihat hasil lengkapnya atau mengukur diri Anda sendiri.

INTJ (Introverted Intuitive Thinking Judging) "the Strategist"
INTJ adalah pribadi yang gemar berintrospeksi, analitis, penuh perhitungan dengan skill kepemimpinan alami. Lebih suka di belakang layar, termasuk dalam menjalankan kepemimpinannya. Penuh strategi, pengetahuan, dan pandai beradaptasi. INTJ juga pandai membawa sebuah ide dari ranah konsep kepada kenyataan. Mereka menginginkan kesempurnaan dari dirinya sendiri dan juga dari orang lain. Mereka juga nyaman dipimpin orang lain asalkan pemimpinnya kompeten. Sikap INTJ yang lain juga bisa dideskripsikan sebagai pengambil keputusan, berpikiran terbuka, percaya diri, penuh perhatian, teoritis, dan pragmatis.

Tokoh-tokoh pilihan saya yang punya karakter INTJ:
1. Don Corleone
2. Hannibal Lecter and Clarice Starling
3. O Ren Ishii

INTJ dalam Hubungan
"Mencintai berarti membuka diri pada semua, baik yang negatif maupun positif - kepada kesedihan, duka, dan kekecewaan, sebagaimana juga kepada sukacita, kepuasan, dan tingkat kesadaran yang sebelumnya tidak kita sangka bahwa itu mungkin ada."
- Rollo May

Kelebihan:
  • Tidak merasa terancam oleh konflik atau kritik
  • Sering kali percaya diri
  • Menganggap serius hubungan dan komitmen
  • Biasanya sangat pintar dan cerdas
  • Dapat meninggalkan sebuah hubungan yang memang harus diakhiri, meski untuk beberapa waktu mereka akan banyak bergulat dengan kecamuk pikirannya sendiri
  • Tertarik dalam 'meningkatkan' hubungannya
  • Pendengar yang baik
Kelemahan:
  • Tidak secara alami nyambung dengan perasaan orang lain, atau ada kalanya tidak peduli
  • Cenderung menghadapi konflik dengan logika dan penalaran, ketimbang menggunakan dukungan emosional yang sebenarnya lebih dibutuhkan
  • Tidak terlalu pandai mengekspresikan perasaan dan rasa sayangnya
  • Cenderung percaya bahwa dirinya selalu benar
  • Cenderung tidak mau atau tidak bisa terima jika dipersalahkan
  • Usaha mereka untuk selalu meningkatkan segalanya kadang bisa merugikan hubungan itu sendiri
  • Cenderung agak terlalu memaksakan diri
Menghadapi INTJ
  1. Siaplah mendukung pernyataan Anda dengan fakta, atau paling tidak dengan sesuatu yang cukup masuk akal
  2. Jangan mengharapkan mereka akan menghargai Anda atau pendapat Anda hanya karena Anda menyuruhnya. Perlu usaha untuk mendapatkan respek dari INTJ.
  3. Siaplah untuk mengaku jika Anda memang salah. Rata-rata INTJ lebih menghargai kebenaran (truth) ketimbang siapa yang benar (right). Tarik komentar Anda yang salah dan akui kesalahan Anda, maka ia akan menganggap Anda sebagai orang yang sangat logis. Sebaliknya, bertahan pada argumen keliru Anda akan membuat ia menganggap Anda idiot dan semua yang Anda katakan harus dipertanyakan.
  4. Jangan suka mengulang-ulang. Hal itu membuat mereka jengkel.
  5. Jangan katakan omong kosong dengan mereka
  6. Lakukan debat. INTJ senang memecah ide dan menunjukkan kemampuan mereka. Mereka bahkan akan mau menggunakan poin di mana mereka sebenarnya tidak setuju, hanya demi mendukung argumennya.
  7. Jangan anggap kalau Anda sudah sangat yakin berarti itu argumen yang kuat. INTJ tidak peduli kubu mana yang mereka lawan. Karena itu, jangan hanya karena Anda sudah panas lalu Anda pikir bisa mengalahkan mereka.
  8. Jangan kaget bila ada kalimat kasar.
  9. Ingat bahwa yang diyakini INTJ adalah solusi yang bisa dilakukan. Mereka sangat terbuka pada berbagai kemungkinan tapi mereka juga bisa dengan cepat membuang ide yang tidak bisa dilakukan. Keterbukaan pikiran seorang INTJ adalah bahwa mereka mau menanggapi ide dengan cara mengiris-irisnya. Ini bisa menakutkan bagi mereka yang berharap akan ada pujian dan sanjungan. Cara paling kejam yang dilakukan INTJ dalam melecehkan sebuah ide adalah dengan mengacuhkannya, karena itu berarti ide tersebut bahkan sama sekali tidak menarik untuk didekonstruksi. Ini juga berarti mereka tidak akan begitu saja menerima pandangan yang kita berikan pada mereka. Pada akhirnya, pertanyaan mereka adalah "Bisakah ini dilakukan?" Titik.
  10. Jangan berharap INTJ akan benar-benar peduli pada bagaimana Anda memandang mereka. Mereka sudah tahu bahwa mereka memang si sombong dengan selera humor kasar. Memberi tahu mereka sesuatu yang sudah jelas tidak akan berdampak apa-apa bagi mereka.
Doa Seorang INTJ:
"Tuhan, jadikan aku terbuka pada pandangan orang lain, seberapa SALAHnya pandangan mereka"

Multiple Intelligences
Intrapersonal (90%): Seorang dengan kecerdasan intrapersonal punya kemampuan lebih dalam melihat ke dalam dan menjelaskan perasaan mereka sendiri, motivasi, dan tujuan hidupnya. Mereka gemar berintrospeksi dan mencari pemahaman. Mereka punya intuisi tajam dan sering kali tertutup. Mereka lebih bisa belajar secara mandiri.
Karier yang cocok: psikolog, filsuf, penulis, teolog



Label: ,

Klik sini buat yang penasaran lanjutannya...

Kesan dan Kekhawatiran

Setelah 9 hari, group "1.000.000 Facebookers Dukung Chandra Hamzah & Bibit Samad Rianto" telah mencapai jumlah 1 juta anggota. Ini memang sudah diprediksikan mengingat derasnya tanggapan dan pemberitaan mengenai group tersebut (dan juga kasus tersebut). Di hari kedua saja, saya amati bahwa setiap kali halaman kita refresh, maka jumlah anggota sudah bertambah sekitar 20-30 orang lagi. Kalau setiap kali refresh butuh waktu sekitar 3-5 detik, maka waktu 9 hari adalah sangat normal.

Adalah situs detik.com yang pertama-tama memberitakan tentang group ini. Saya sendiri mengetahuinya dari situs politikana.com yang salah satu anggotanya melansir berita tersebut. Momennya tentu sangat pas. Sebelumnya, publik telah heboh dengan kait-mengait berita. Jika dirunut, saya rasa ini dimulai dari Pemilu kemarin. Pada masa itu, Facebook sudah sempat mencuri beberapa pemberitaan. Kita mendengar tentang beberapa kasus yang dianggap sebagai black campaign, seperti group dan page anti si ini atau anti si itu. Dan lebih dari itu, beberapa laporan tentang pelanggaran ataupun penilaian tentang penyelenggaraan Pemilu pun juga cukup santer dibahas di Facebook. Meski demikian, Pemilu akhirnya selesai juga. Pemenang diumumkan. Banyak yang tidak terima, banyak yang mengkritik, selain tentu saja juga banyak yang puas dan gembira.

Lalu, muncul berita tentang terkuaknya kejanggalan dalam hal keputusan menteri keuangan untuk melakukan bail out senilai 6,7 trilyun. Alasan Sri Mulyani adalah karena krisis global atau (lagi-lagi) meniru kebijakan pemerintah AS yang melakukan hal serupa terhadap beberapa perusahaan besar di negeri itu. Tapi, anehnya, jumlah 6,7 T itu jumlah yang jauh melebihi kesepakatan dan dilakukan secara tidak transparan. Apalagi itu dilakukan terhadap satu bank kecil yang bangkrut karena pemiliknya tersandung kasus penggelapan uang nasabah, Bank Century. Berita tentang berpihaknya pemerintah pada bank ini pun menjadi tanda tanya. Bahkan, pasca Pemilu, berita makin berkembang dengan adanya pengusutan oleh KPK yang menengarai dana bail out itu digunakan untuk kampanye SBY-Boediono. Sedangkan dari sudut lain kasus ini, KPK juga mendapati nama Kabareskrim Susno Duadji yang pembicaraannya disadap dan kedapatan ikut menerima bagian atas jasanya memuluskan langkah salah satu tersangka lain, Budi Sampoerna yang terlibat praktik pencucian uang dengan pemilik Century. Kasus memanas saat wapres (yang dalam Pemilu juga menjadi capres lawan SBY) Jusuf Kalla kemudian ikut angkat bicara dan menyatakan bahwa Sri Mulyani serta Boediono melangkahi wewenangnya. Memang ruwet, sehingga wajar kalau sepertinya cukup banyak yang kurang konsentrasi mengikuti kasus ini. Terlebih media massa sepertinya kurang menaruh kasus ini di tayangan utama. Selain tentunya, beberapa peristiwa seperti pemberantasan teroris, gempa, anti Malaysia, dan Miyabi saat itu masih lebih banyak dibahas, termasuk di Facebook.

Di sela-sela hingar bingar Pemilu itu, juga muncul kasus Antasari Azhar. Pimpinan KPK yang sedang menjadi idola (jadi ingat salah satu episode Kick Andy, ketika ada seorang yang membacakan puisi puja-pujinya di depannya) ditangkap dengan tuduhan menjadi dalang pembunuhan. Masyarakat mencium aroma konspirasi yang sangat kental. Apalagi kisahnya memang too dramatic to be true. Kasus ini pun salah satunya dihubungkan dengan pemberitaan akan pernyataan presiden yang katanya mengeluh akan kinerja KPK yang ia anggap superbodi. Tapi, pernyataan SBY tersebut kurang mendapat perhatian banyak orang yang sedang begitu terpesonanya pada politik pencitraan yang digunakan tim suksesnya di ajang Pemilu. Namun, yang jelas kasus Antasari yang memang sempat dianggap tebang pilih tapi juga sangat berani dengan membawa besan presiden ke penjara, ini dibahas cukup intens di dunia maya, termasuk di Facebook. Namun, sekali lagi gaungnya masih kalah dengan Pemilu, walau menarik perhatian karena tuduhan yang aromanya seperti novel detektif itu.

Persidangan Antasari ini sendiri kemudian terus menggelinding. Mantan ketua KPK ini bahkan diancam hukuman mati. Hingga satu waktu, tiba-tiba saja muncul berita Antasari membuat testimoni bahwa ada oknum KPK menerima suap dari Anggoro Widjojo, direktur sebuah perusahaan pengadaan radio komunikasi untuk Departemen Perhubungan, yang kasusnya sedang diselidiki KPK. Dari testimoni tertulis inilah, polisi kemudian melakukan penangkapan terhadap dua ketua KPK, Chandra dan Bibit yang dianggap sebagai oknum tersebut. Hal ini kemudian juga dibalas dengan Bibit melaporkan Antasari dengan tuduhan penyalahgunaan wewenang, yaitu menemui tersangka korupsi, Anggoro Widjojo di Singapura. Namun, belakangan Antasari mengaku bahwa testimoni itu adalah testimoni Anggoro yang ia simpan di laptopnya. Menurutnya, setelah polisi menemukan testimoni tersebut, polisi kemudian mengembangkannya sendiri. Dan terakhir, ada pengakuan Willardi Wizard, mantan kapolres yang sedang diperiksa dengan tuduhan menjadi penyuruh eksekutor untuk menghabisi Nasrudin. Dia mengaku bahwa ada perintah untuk menjebak Antasari.

Setelah berita-berita gempa lewat. Berita tentang penahanan Chandra dan Bibit ini mendapatkan momennya. Berita ini diekspos besar-besaran oleh media. Termasuk di dalamnya media Facebook (FB). Usman Yasin, si pembuat group itupun mengaku tidak menyangka group yang ia buat bisa begitu cepat meraih simpati dan perhatian. Namun, banyak juga yang mengatakan bahwa group FB tersebut tidak ada manfaatnya. Ada juga yang mengatakan jumlah pendukung group itu dimanipulasi. Pendapat yang kedua ini tentu saja konyol, sehingga tidak perlu dibahas lagi. Di pihak lain lagi, ada yang menyamakan group FB itu sebagai people power terbesar sejak aksi mahasiswa tahun 1998. Belakangan, setelah ekspos media mengenai group tersebut, beberapa orang mulai banyak yang ikut membuat group serupa. Ada yang isu bahkan judulnya sama, hanya jumlahnya berbeda. Ada juga yang kebalikan dari group itu (mendukung Polri dan Kejagung). Lalu, ada juga yang membuat gerakan untuk kasus-kasus lainnya, seperti Century, impeachment, atau kasus lama tapi belum juga terkuak, seperti Lapindo, pembunuhan Munir, dsb. Namun, sejauh yang saya lihat, group-group itu tidak seramai group bikinan Usman Yasin tersebut.

Apakah memang group FB tidak berguna, tidak akan mengubah apa-apa, dan para pendukungnya hanya ikut-ikutan tanpa tahu duduk perkara sebenarnya? Ataukah sejuta lebih member group tersebut gaungnya sudah sebesar gerakan mahasiswa 1998? Saya pikir tidak keduanya. Biarpun sering disebut sebagai Bonoisasi (ketika orang hanya mengklik, tahu masalahnya, tulis komen, dan sesudah itu tidak berbuat apa-apa) dan memang bisa juga begitu tapi menurut saya gerakan ini sudah cukup berhasil dalam hal menumbuhkan kesadaran. Di zaman ketika peranan media bahkan bisa lebih besar dari peranan pemerintah, sesuatu yang didengungkan terus menerus adalah langkah awal menuju tindakan yang lebih besar. Demo tanggal 8 November kemarin adalah satu contoh kecil yang saya harap bisa berkembang jadi lebih besar (meski saya rasa demo-demo saat ini juga tidak signifikan dan hanya show saja). Namun, setidaknya setahu saya sifat FB dan dunia internet praktis jauh lebih demokratis ketimbang demonstrasi atau rapat serta diskusi manapun di dunia nyata yang bisa merupakan pesanan pihak tertentu. Yang jelas, banyak yang sependapat bahwa keputusan pembentukan tim 8 oleh SBY adalah akibat desakan masyarakat yang disampaikan oleh media. Beruntung media massa yang sebenarnya cukup banyak dikuasai pihak yang berkuasa kali ini cukup memihak si media demokratis tapi centil, FB. Jika saja situs detik.com tidak memberitakan tentang adanya group tersebut, pastinya dukungannya tidak sebesar atau sebergairah ini.

Namun, yang perlu dikhawatirkan adalah, sebagaimana reformasi kemarin, kita terlalu sering menunda atau menunggu sehingga kehilangan momentum. Media, terutama internet memang sudah cukup berhasil membangkitkan kesadaran masyarakat terhadap ketidakberesan pemerintah saat ini sebagaimana diperlihatkan oleh beberapa kasus seperti Munir, Lapindo, dll. Akan tetapi, sebagaimana kita tahu, kesadaran itu makin lama makin terkikis, bahkan kemudian berbalik. Munir oleh sebagian orang dianggap sebagai pengkhianat bangsa karena semasa hidupnya sering mengkritik pemerintah. Lumpur Lapindo dianggap sebagai lumpur Sidoarjo yang adalah akibat bencana alam, dll. Bukan hanya itu, bahkan hal-hal besar yang di permukaan telah menghasilkan perubahan besar (seperti: reformasi 1998, Timor Leste, kerusuhan Mei 98, DOM Aceh, Tanjung Priok, Tragedi 27 Juli, dsb) makin hari juga makin berkembang ke arah berlawanan. Kesadaran masyarakat yang telah bangkit kemudian berhasil dimanipulasi bahkan diracuni. Menurut saya, peran media yang masih cukup konsisten dalam membangkitkan kesadaran publik hanyalah dalam hal terorisme. Mungkin kita juga sudah tahu sebabnya. Dukungan Amerika atas pemberantasan terorisme tentu memberi kontribusi berarti dalam menjaga kesadaran atau lebih tepatnya kewaspadaan ini.

Masalah kehilangan momentum ini bahkan bisa jadi sudah mulai harus dikhawatirkan sejak sekarang. Penjelasan Kapolri di depan komisi 3 saja sudah mulai menggoyahkan sedikit orang. Selain itu, headline berita yang menyatakan tentang sanggahan Antasari (sebelum ada pernyataan Willardi) sempat membuat orang mencurigai ia sebagai dalang atau setidaknya terlibat dalam pelemahan lembaga yang dipimpinnya sendiri. Pendek kata, sepertinya berita media massa bisa begitu mudah mengubah pendirian orang. Padahal, sejarah kita telah berulangkali menunjukkan culasnya perusahaan media mempengaruhi masyarakat (termasuk yang sangat kentara adalah dalam Pemilu kemarin). Amnesia sejarah itu tampaknya memang adalah penyakit yang paling membuat yang namanya people power sejati (yang benar-benar dari rakyat, untuk membedakan dengan aksi demo zaman Orla) tidak pernah bisa solid. Belum lagi jika tiba-tiba ada bencana alam besar, atau berita lain yang cukup besar, maka banyak orang akan makin lupa.

Hari ini, kasus-kasus di atas masih menjadi bahan pembicaraan seru. Meski demikian, di lingkaran teman FB saya, terus terang tidak banyak yang membahasnya. Tentu saja, kelompok penunggu dan penonton ini ada banyak sekali di Indonesia. Tapi, memang beginilah dunia 2.0, di mana tidak ada informasi tunggal. Meski demikian, sejalan waktu pastilah akan ada kejadian tunggal, entah itu baik atau buruk. Saya mencatat ini dalam blog dengan harapan semoga apapun yang terjadi kasus ini tidak terlupakan.

Label: , , , , , , ,

Klik sini buat yang penasaran lanjutannya...


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!