perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


"O"


Damien_Rice__0_front
Originally uploaded by mahardika asmara.


“O” entah apakah ini maksudnya huruf O atau angka nol, tapi karakter bulat ini bagi saya pribadi adalah seperti ungkapan tak tersampaikan, dan di waktu yang sama juga menunjukkan kelengkapan, atau mungkin juga seperti lambang/ falsafah cincin kawin: abadi, tak terputus. Pendek kata, judul album yang hanya satu huruf memang di satu sisi cukup menggambarkan apa yang ditawarkan album artis asal Irlandia ini. Lagu pertama yang saya kenal tentu adalah ‘the blower’s daughter’ yang menjadi soundtrack sebuah film dan lagu promosi acara vj hunt mtv Indonesia. Awalnya saya kira Damien Rice (dan Lisa Hannigan) hanya membawakan musik seperti David Gray atau bahkan James Blunt. Walau penilaian itu sendiri tidak sepenuhnya salah, suara vokal si pria kadang agak seperti David Gray dan Jammie Cullum, lalu vokal si wanita sebenarnya juga standar, agak mirip penyanyi-penyanyi wanita amerika macam Renee Olstad, Norah Jones, Brooke Valentine, atau Alex Parks saja (walau kadang juga mirip Cathy Fisher), tapi kabar baiknya, lewat album ini mereka berkolaborasi, seperti sahut-menyahut dan berdialog. Kabar baik kedua adalah mereka tidak membuat album yang berisi kumpulan lagu, yang moodnya kadang rancak kadang slow namun keseluruhan track di album ini adalah satu kesatuan, seperti sebuah cerita. Saya memang belum menyimak secara mendetail setiap liriknya, namun dugaan bahwa album ini menawarkan satu cerita tampaknya memang betul. Dari track pertama sampai yang terakhir, dimana Lisa Hannigan tanpa iringan musik menyanyikan lagu “Silent Night” dengan perubahan lirik adalah sebuah pengalaman seperti sedang menonton sebuah film drama percintaan yang sad ending.

Kegetiran dan kesedihan si pria, yang kadang tak tertahankan hingga akhirnya ia berteriak sampai-sampai harus dibantu suara penyanyi seriosa, lalu suara si wanita yang datar, namun juga sedih seakan mencoba menghibur atau membela diri bahwa tidak ada diantara mereka yang salah, muncul bergantian. Iringan musik yang lebih banyak didominasi petikan gitar akustik itu kehadirannya juga muncul secara proporsional, sangat mendukung suasana yang mencoba dibangun. Cerita dalam album ini sendiri menurut saya juga sangat cocok untuk didengarkan oleh mereka yang ditinggal pacarnya kawin dengan orang lain, tentu dengan risiko dan dampak yang harus ditanggung sendiri. Ya, entah dia akan merasa baikan, tambah sedih atau malah ingin bunuh diri saja. Lagu-lagu yang ada di album ini untuk saya juga akan rugi jika dipotong-potong, harus didengarkan secara keseluruhan. ‘Blower’s Daughter’ sendiri menjadi tidak begitu menyentuh setelah saya mendengarkan keseluruhan albumnya karena ia hanya satu potongan dari sebuah cerita (saya jadi curiga bahwa anak-anak muda yang memberikan alasan mengapa terkesan dengan lagu ini dalam sebuah acara di mtv indo beberapa waktu lalu sebenarnya belum pernah mendengarkan albumnya secara keseluruhan). Akhirnya, memang tidak pantas rasanya membandingkan kesedihan nyata dengan lagu pop, bisa jadi akan ada pula yang lantas mengajukan berbagai album dari artis-artis lain yang juga merupakan satu kesatuan macam ini, namun saya harus mengakui jika mendengarkan O ini adalah pengalaman yang cukup ‘baru’.

0 Responses to “"O"”

Posting Komentar


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!