perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


ATM Box


27
Originally uploaded by scandinavian_idiot.

Ada dua hal yang kupikirkan setiap kali masuk ke sebuah ATM box. Yang pertama mungkinkah ada kejutan dan yang kedua menyangkut pikiran tentang apa yang sudah dan akan kulakukan dengan sisa uang di rekeningku. Yang kedua ini bisa menyangkut banyak cabang pikiran yang lain lagi, sementara yang pertama sepertinya kini makin jarang terjadi.

Sampai saat ini aku memang masih sangat awam dengan dunia perbankan, rekening pertamaku juga baru kumiliki waktu kuliah sebagai syarat yang ditentukan oleh universitas. Kebetulan bank Lippo lah yang menjadi pilihan kampus dan kantorku kini. Sampai saat ini pula, aku masih sering merasa menyimpan uang di bank lebih banyak ruginya. Aku sudah merelakan saldo minimum. Namun itu sepertinya masih kurang cukup bagi bank. Jadinya, sudah penghasilan tiap bulan tidak seberapa, pihak bank masih sering menyusahkan dengan memotong tabungan sehingga berkurang beberapa rupiah, namun dampaknya membuat aku tak bisa mengambil sisa uang 50 ribu rupiah yang adalah hakku dan akan sangat berarti di akhir bulan. Satu-satunya keuntungan menyimpan uang di bank hanyalah alasan konvensional, keamanan, daripada hilang atau dicopet. Tapi bukankah kejahatan di ATM bahkan kartu kredit pun sekarang sepertinya sudah lebih banyak dari pencopet dompet?

Tentang keamanan memegang uang, aku sendiri sangat jarang kehilangan uang, bahkan beberapa ribu sekalipun. Buktinya dompet yang kumiliki sekarang adalah dompet sejak masih duduk di bangku SMP. Terakhir kehilangan uang yang kuingat adalah sekitar waktu kelas 2 SD kehilangan uang saku sejumlah 500 rupiah. Ayahpun tetap memarahiku, meski tentu bukan karena jumlahnya. Namun, uang -- yang tak pernah hilang karena dicuri, dicopet atau jatuh -- itu, tetap hilang (habis) karena sistem manajemen keuanganku sendiri. Latar belakang jarang kehilangan uang dan manajemen boros itulah yang membuatku benci dengan bank, institusi yang bisa dengan legal dan resmi mengambil uang jerih keringat yang seharusnya bisa aku pakai untuk sesuatu bagi diriku.

Karena 2 rekening yang pernah kumiliki selalu di bank merah biru itu, ATM yang paling akrab denganku tentu saja ATM Lippo. Selain itu juga BCA karena beberapa kali pernah disuruh mengambilkan uang disitu. Mesin ATM juga tidak selalu berada di tempat berbentuk box, kadang kalau di tempat umum (maksudnya tempat yang banyak dilalui orang, supaya tidak rawan) ATM juga ada yang tanpa box. Aku pikir awalnya dulu ATM juga tidak memakai box, karena kebanyakan masih hanya terdapat di dalam gedung bank (dekat pintu masuk dan dekat pos keamanan). Barulah setelah makin banyak tersebar ATM dimana-mana, jenis box mulai diperkenalkan. Sekarang, ATM tanpa box bagiku memang agak membuat risih. Apalagi kalau di belakang banyak orang antre. Aku yang kadang hanya mengecek saldo, atau harus melihat saldo dulu sebelum mengambil pun terasa seperti diawasi dan paling tidak orang di belakangku akan bisa melihat kalau aku bokek, atau kalau cuma mengambil 50 ribu. Namun demikian, kalau mengambil berjuta-jutapun aku tentu akan makin risih dan bahkan takut jangan-jangan ada yang mengincarku.

Sebenarnya, perbedaan antara ATM ini dan ATM itu tidak banyak berpengaruh bagiku. Apapun ATM nya selalu hanya akan berisi barang-barang yakni mesin ATM itu sendiri, tempat sampah, kamera dan lampu di atas. Sejauh ini yang paling mempengaruhi adalah hilangnya ATM dengan pecahan 20 ribuan. Di Jogja katanya masih ada satu (Lippo), apakah keberadaannya masih ada atau tidak aku belum bisa konfirmasi. Namun yang jelas aku kira penghilangan ATM 20 ribuan ini memang disengaja oleh bank, agar orang-orang dengan keuangan seperti aku tidak menarik uang hingga koretan-koretannya. ATM BCA malah sudah mengeluarkan ATM dengan pecahan 100ribu (yang aku tahu baru BCA, bank lain belum tahu, sedang untuk Lippo aku belum pernah melihatnya).

Box ATM memang ada macam-macam, ada yang bentuknya penuh kaca seperti box telepon umum yang dijadikan kamar ganti oleh Clark Kent, ada juga yang tidak melulu kaca tapi ada bagian-bagian kayunya (sepertinya ini cirinya Bank Niaga). Selain itu juga ada yang satu box isinya lebih dari satu mesin. Untuk yang satu box yang isinya 2 mesin atau lebih ini tentu akan memungkinkant kita berada di situasi dimana kita bersama orang asing dalam satu ruang sempit dengan uang cash -- atau akses menuju kepadanya -- ada di tangan. Terutama untuk yang satu box ada 2 mesin, hal ini malah seringkali kontraproduktif bagi penggunanya, walau belum pernah mendengar ada perampokan atau kriminalitas lain yang terjadi akibat kondisi itu, paling tidak pasti sering juga yang merasa takut atau paranoid saat berada di situasi itu. Contoh dari hal itu pernah diceritakan oleh Muhaimin. Saat itu di satu malam ia mau mengambil uang di ATM Petra. Dengan tampang awut-awutan karena baru bangun tidur dan belum mandi, ia berangkat ke Petra dengan mengendarai motor dan memakai helm teropong. Sesampainya disana suasana di sekitar ATM dan jalan Siwalankerto cukup lengang. Tanpa mencopot helmnya, ia langsung masuk dan ternyata di dalam sedang ada cewek Petra (tahu sendirilah seperti apa ciri-ciri mahluk yang disebut cewek Petra itu), dan menurut Muhaimin, begitu melihat dirinya masuk, cewek Petra itu langsung terlihat kaget dan terburu-buru menyelesaikan urusannya dengan mesin itu. Mungkin takut, katanya. Ya begitulah, tapi aku kira cewek itu tentunya tidak akan ketakutan kalau yang masuk adalah Muhaimin dalam tampilannya sekarang.

Di box ATM memang ada kameranya, meski kita tidak akan tahu apakah semua kamera itu benar-benar selalu berfungsi atau tidak. Tapi seperti yang sudah kukatakan tadi, aku memang belum pernah mendengar adanya kejahatan perampokan, penodongan atau mungkin pelecehan di box ATM. Apakah karena kamera itu? Entahlah. Jika yang frontal seperti menodongkan pisau pada pengguna ATM mungkin tak ada/jarang terjadi, yang lebih sering ada malah berupa gendam, penipuan lewat SMS/telepon, atau penipuan lain seperti pura-pura minta agar korban mentransferkan sejumlah uang miliknya ke rekening tertentu dan sebagai gantinya akan diberi uang cash, yang ternyata uang palsu. Sementara untuk ulah aneh-aneh pengguna ATM juga malah lebih pernah kudengar, meski tak jelas apakah itu cuma imajinasi atau memang benar terjadi. Ulah aneh-aneh seperti bercumbu atau menjadi exibisionis di box ATM bisa jadi adalah imajinasi seorang yang punya potensi bekerja di vivid incorporation, tapi pasangan yang peluk-pelukan di ATM paling tidak sudah pernah kulihat sendiri. Mungkin karena saking bergairah melihat jumlah uang di rekeningnya.

Dengan bentuknya yang tertutup rapat, rumahnya mesin pengganti tugas teller bank itu menurutku adalah tempat yang enak dipakai buat berteduh waktu hujan. Dengan adanya AC, seharusnya tempat itu juga akan enak dimasuki waktu siang yang panas. Hanya herannya meski banyak ATM yang tidak dijaga, mengapa belum pernah ada gelandangan atau orang yang kebetulan satu malam tak punya tempat untuk tidur, yang tidur di box ATM? Padahal tidur di kotak itu selain lebih bersih, sejuk juga dekat dengan duit sehingga pasti akan jauh lebih enak daripada emperan toko. Mungkinkah lagi-lagi karena kamera tadi? Tapi masak sih kamera, lampu atau tempat sampah di ATM tidak pernah ada yang mencuri? Atau mungkin setiap box ATM memang selalu dijaga oleh keamanan setempat, walau ada yang ketat dan tidak. Aku kira yang kedua lebih benar, dan kalau membayangkan itu terjadi pasti akan membuat orang kaget juga. Bayangkan pagi-pagi mau ambil uang ternyata kok ada yang tidur disitu.

AC di ATM juga beda-beda. Di ATM BCA wilayah perumahan Araya Surabaya, AC nya dingin sekali. Apalagi jika kita datang waktu malam hari. Sedangkan ATM yang ada di mal-mal biasanya AC nya tidak begitu terasa. Tapi sekali lagi, itu tidak banyak berpengaruh karena rata-rata waktu yang kita habiskan di ATM paling hanya 3 menit.

Nah kalau lebih dari itu biasanya sering membuat kita kesal. Masalah menunggu dan antri ini memang masih merupakan kebiasaan yang walau sudah dipropagandakan sedemikian rupa namun tetap susah ditanamkan (aku kira karena tidak ada keteladanan saja). Untuk di ATM, budaya mengantri sudah cukup bagus, lebih bagus daripada di pom bensin dan jauh di atas para petinggi yang apa-apa maunya selalu didahulukan itu. Di ATM, yang sering membuatku kehilangan hak mendapat giliran sebagai pengantri adalah salah posisi. Kehilangan giliran itu seringkali karena kepanasan, ingin melihat sesuatu di dekat situ, ingin mengaca atau karena ingin sedikit mengintimidasi orang yang di dalam agar lebih cepat melakukan kegiatannya (dengan cara mendekatkan diri ke box dan berusaha melihat layar di mesin), sementara antrian ternyata memanjang ke arah yang berbeda. Kalau sudah begitu, biasanya aku tak akan berusaha 'menyerobot' tapi memilih ikut antrian sambil agak mendongkol. Selain takut kalau orang marah, asal sedang tidak terburu-buru, rasanya seringkali aku malah cukup menikmati ketika berdiri menunggu giliran dan memperhatikan orang-orang, menguping pembicaraannya, atau menikmati saat ada (cewek) yang memperhatikan atau melihat ke arahku.

Rata-rata mesin ATM di Indonesia menurutku masih terlalu besar. Waktu ikut-ikutan meronda (sebenarnya cuma nongkrong bareng-bareng saja) ketika di kota terjadi kerusuhan besar pada Mei 1998 lalu, kabar bahwa banyak ATM yang berusaha dibobol ditanggapi seorang tetangga yang konon kerja di bank. Katanya uang di sebuah mesin ATM paling hanya sekitar 5-10 juta saja. Itu dulu, waktu ATM kebanyakan memakai pecahan 20 ribuan. Benar atau tidaknya omongan tetanggaku tadi akupun waktu itu hingga kini masih tidak tahu. Tapi dengan bentuknya itu, ATM memang seringkali membuat orang melihat dia seakan sebuah celengan besar. Dugaanku, kelak mestinya ukuran mesin ATM akan makin mengecil dan tentu juga lebih aman. Namun apapun yang terjadi dengan ATM; apakah pecahannya makin besar karena pengaruh inflasi, apakah fungsi sebuah bangunan bank kelak digantikan sebuah mesin kecil, atau bahkan sistem ekonomi dan moneter bisa benar-benar berbeda dari saat ini, dsb. aku berharap keadaan keuanganku bisa makin meningkat, lebih cepat dari tingkat inflasi atau perkembangan teknologi di dunia perbankan.

0 Responses to “ATM Box”

Posting Komentar


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!