perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


Film-film yang Saya Tonton Bulan Ini

1. Mr. Nobody
Mirip dengan: The Science of Sleep, Run Lola Run, Total Recall, Titanic, Inception

Sebenarnya film ini lumayan juga. Hanya saja, ada beberapa hal yang agak mengganggu menurut saya. Yang pertama adalah pemilihan castingnya. Jared Leto, entah kenapa, saya rasa malah jadi seperti Clark Kent dengan dandanannya di film ini. Tampang culun, sangat penyabar, dan eh.. rasa-rasanya karakter dia kok tanpa cela gitu ya? Lalu, awalnya saya akui agak ragu apakah film ini bagus karena settingnya yang seperti film Total Recall. Ayolah, apa Anda-Anda yakin kalo di masa-masa tahun 2060-2070 atau 2050 ke atas pasti bumi akan jadi sedmikian bersih, serba computerized, banyak mobil terbang, hubungan antar manusia hilang, dll. Gambaran seperti itu rasanya hanya dimiliki film-film.. let's say selain Total Recall, ada juga Judge Dredd, Back to the Future, Doraemon hehe.. Cerita tentang orang tertua di dunia yang masih hidup rasanya tak terlalu menjanjikan. Tapi, setelah saya ikuti ya ternyata lumayan juga. Yang cukup menarik (mungkin karena saya setengah gak mudeng juga, biasa kan.. kalo kita tidak mudeng, lalu kita bilang aja bagus) adalah waktu penjelasan-penjelasan tentang waktu tadi. Lumayan menarik, saya pikir lebih menarik dari hal serupa yang diperagakan di Science of Sleep. Dan penjelasan-penjelasan itu memang adalah cara yang agak kasar untuk menjelaskan kepada penonton tentang sebenarnya film apa ini hahaha.. maklum entah durasi atau tuntutan biar filmnya masih bisa laku.
Kemudian, mulailah si pak tua itu menceritakan pengalamannya (makanya saya bilang mirip dengan Titanic) tentang mulai dari orang tuanya dan terutama kisah-kisah cintanya. Kisah-kisah? Ya, yang ini kita harus ingat Run Lola Run. Ada beberapa versi dari cerita pengalaman hidupnya. Semua diceritakan tapi tanpa diberitahu mana yang benar sampai-sampai si pewawancara jadi bingung. Tapi, menurut saya yang benar adalah cerita cinta dengan (mantan) saudara tirinya itu. Oya, pewawancara ini karakter yang menurut saya agak mengada-ada, apalagi lengkap dengan mesin "kuno"nya yaitu sebuah alat perekam yang katanya dipinjam dari museum kampus (buat apa? kenapa dia harus pake alat seperti itu untuk wawancara dengan manusia tertua yang lahir tahun 1976? entahlah..). Lalu, di akhir cerita juga ada agak-agak Inception begitu dengan dunia yang aneh, lalu si Mr. Nobody muda melihat video dirinya di masa depan. Hingga akhir cerita, jadi seperti Titanic lagi hehehe.. Nilai saya untuk film ini adalah dua setengah dari 5 bintang.

2. 21 Grams
Mirip dengan: Traffic, The Eye, Babel
Yang membuat saya memasukkan Traffic pada dasarnya hanya Benicio del Toro dan gambar-gambarnya yang menurut saya khas film Southern gitu deh. Sejujurnya, di awal (lagi-lagi) saya agak pesimis karena melihat setting filmnya kok di rumah sakit (ya, salah satu setting yang tidak terlalu saya suka adalah rumah sakit). Tapi, untungnya di awal-awal sudah diperlihatkan bahwa plot film ini akan diacak-acak. Ya, lagi-lagi cara seperti itu. Tapi toh saya masih cukup suka dengan film-film seperti itu kok. Saya rasa itu memang trik sutradara untuk membuat film yang sebenarnya membosankan agar jadi lebih menarik, meski kali ini masih belum sebagus Babel. Sean Penn lagi-lagi bermain dengan baik. Dia menjadi orang sakit jantung yang mendapat cangkok jantung seorang pria yang bersama dua putrinya mati akibat tabrak lari yang dilakukan seorang residivis yang sudah tobat (del Toro). Sebenarnya saya rasanya pernah menonton film yang ada karakternya mirip dengan yang dimainkan del Toro di film ini, tapi saya lupa. Pria yang ditabrak itu meninggalkan seorang istri. Sean Penn yang kembali tidak akur dengan mantan istrinya meski mereka juga hampir rujuk lagi, lalu ingin berterima kasih dengan si istri pria yang jantungnya ia pakai itu. Akhirnya mereka malah pacaran, dan si istri itu ingin balas dendam pada del Toro, meski yang terakhir ini sudah menyerahkan diri ke kantor polisi, dipenjara lagi, dan mulai kecewa dengan Tuhan dan agama Kristen yang sebelumnya ia anut secara ketat demi supaya ia tidak lagi terlibat masalah. Sean Penn ini pun setuju untuk membalas dendam dan ingin membunuh del Toro. Tapi, ternyata malah situasi jadi serba kacau. Untuk film ini, saya merasa castingnya cukup pas. Tapi, melihat karakter Sean Penn, yang jantungnya rusak di film ini, saya malah jadi pingin merokok lagi. Waduh. Nilai saya untuk film ini adalah 4 dari 5 bintang.

3. The American

Mirip dengan: James Bond, No Country for an Old Man, Jackal
James Bond yang manusiawi. Itulah deskripsi saya tentang film ini. Di awal film, nuansa James Bond memang lumayan terasa, setidanya menurut saya. Gambar pertama sudah menunjukkan karakter utama yang dimainkan George Clooney berduaan di pinggir tempat tidur dengan seorang gadis bugil. Sejujurnya, adegan pertama ini mirip dengan film murahan karena tidak ada dialog, terlalu lama, sementara si cewek cuma senyum-senyum, bisik-bisik dengan suaranya yang agak gede, dan Clooney juga tak menampakkan ekspresi jelas. Untung saya menonton film ini karena seorang teman bilang film ini bagus, jadi saya bisa abaikan adegan pertama itu. Lalu, mulai tembak-tembakan. Lalu, mulai telpon-telponan dengan "bos"nya Clooney. Rupanya, Clooney ini pedagang senjata sekaligus pembunuh bayaran. Lalu, setting berpindah ke Italia di mana Clooney bersembunyi di sana karena dikejar-kejar pihak tertentu (apa masalahnya, tidak dijelaskan). Di sana, ia juga mengerjakan pesanan senjata dari seorang wanita muda. Tentang kegiatan si Clooney dalam merakit senjata ini menurut saya sangat menarik karena pelan-pelan. Jauh lebih keren daripada yang di Jackal (bukan Jalan Kaliurang, tapi film yang dibintangi Bruce Willis di mana di sana ada juga pemesanan dan percobaan memakai senjata dengan target manusia). Banyak hal lain yang juga pantas membuat film ini dibilang James Bond manusiawi. Misalnya, mobilnya Clooney adalah mobil butut, dia juga jatuh cinta dengan cewe, tapi kali ini adalah seorang PSK langganannya (gak seperti Bond yang seolah-olah ganteng sekali sampai cewe-cewe pasti mau tidur dengannya kan?), sebagai pembunuh bayaran, dia juga sering ketakutan, terutama karena dikejar-kejar pihak yang ingin membunuhnya tadi (jadi inget No Country for an Old Man), dan dia adalah orang kesepian (terutama karena settingnya memang di desa di Italia sana). Soal karakter yang agak "mengganggu" menurut saya adalah karakter pendeta yang kesannya hanya tempelan untuk memperkuat pergulatan batin si pembunuh bayaran. Ending cerita, meski tidak mengejutkan tapi lumayan juga. Oya, satu lagi, meski manusiawi, nuansa Bond masih tetap dipertahankan dengan begitu jitunya Clooney menembak hehehe... Nilai saya untuk film ini adalah tiga setengah dari 5 bintang.. Pelit ey

Label: , , , , , , ,

Klik sini buat yang penasaran lanjutannya...


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!