perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


Great Live Performance & Cover Version

Sementara sebagian orang menganggap mengkover lagu sebagai sesuatu yang kurang kreatif, saya tidak setuju. Saya rasa lagu cover version justru bisa menunjukkan beberapa hal. Yang pertama, sejauh mana selera atau influence sebuah band atau musisi. Yang kedua, sejauh apa kita bisa berharap pada musikalitas si musisi atau band itu. Ketiga, sejauh mana pergaulan band atau musisi tersebut. Dan keempat, dari kesimpulan dua poin pertama, maka saya paling tidak bisa memutuskan sejauh mana saya cocok dengan band atau musisi itu. Kadang, saya malah bisa menyukai sebuah band atau seorang musisi karena ia mencover lagu yang saya suka. Pernah juga, saya yang semula tidak menyukai sebuah band atau musisi lalu jadi suka karena ia bisa melakukan cover yang bagus terhadap sebuah lagu. Untuk ketiga poin pertama, apakah perlu saya jelaskan? Mungkin perlu ya..
Yang pertama sudah jelas. Kadang saya sendiri bisa "kaget" karena sebuah band atau musisi ternyata mencover sebuah lagu dari band atau musisi yang sama sekali lain dari musik yang ia bawakan sekarang. Contoh paling mutakhir yang saya temukan adalah Viva Vox Choirs, sebuah kelompok paduan suara membawakan Du Hast dari band industrial Rammstein, secara acapella lagi! Hasilnya keren sekali (bisa cari di Youtube). Ya, tentu saja ada kalanya, bahkan cukup sering, yang seperti itu hasilnya jelek atau biasa-biasa saja. Salah satu contohnya adalah seri album Punk Goes... (eighties, nineties, new wave, metal, pop, dangdut, etc), yang menurut saya kebanyakan hasilnya adalah satu kata: lame. Sudah hasilnya jelek, yang mengaku punk itu juga kebanyakan pop punk biasa. Tapi, ada banyak juga kok, artis musik pop yang saat mencover hasilnya malah bagus. Jadi, bahwa selama ini musiknya kurang, mungkin hanya karena tuntutan industri saja maka ia membawakan musik yang seperti dikenal sekarang. Ini cukup menarik buat saya.
Yang kedua, ketika seorang musisi atau sebuah band yang kurang saya suka mengkover sebuah lagu yang saya suka dan hasilnya bagus, maka saya merasa bisa berharap pada band tersebut. Meski saat ini ia mungkin masih membawakan lagu-lagu yang kurang enak, tapi paling tidak satu saat ia mungkin bisa mendekati kualitas musik band atau musisi yang pernah ia cover. Itu harapan saya sih. Fakta bahwa ada banyak band atau musisi yang seiring waktu kemudian merubah aliran musiknya membuat saya sering optimis akan hal ini. Hal ini juga terutama berlaku buat band-band atau musisi baru atau yang baru saya dengar. Sementara biasanya seiring usia orang akan mandeg di selera musik waktu kuliah, misalnya, saya pribadi merasa senang tidak terjebak di situasi itu (meski sebelumnya hampir terjerumus ke dalam kemandegan seperti itu). Jika hingga kini saya bisa terus menemukan banyak band atau musisi baru sehingga daftar last.fm saya terus bertambah, salah satunya adalah berkat mendengarkan cover version atau album-album tribute. Beberapa contoh misalnya, Cylab saya tahu setelah mendengarkan mereka mengcover Heart Shaped Box dari Nirvana, Sonata Artica jadi saya suka setelah mendengar mereka dengan keren mengcover Still Loving You dari Scorpion, Banda Bassoti setelah dengar Bandiera Rosa plus Anarchy in UK versi mereka, Tina Root beserta berbagai grupnya (Tre Lux, Switchblade Symphony, Small Halo) syaa suka sejak ia menyanyikan Ava Adore, atau untuk lokal ada Amazing in Bed yang terlibat dalam album tribute Koil, bahkan band-band tribute seperti West End Girls (tribute band Pet Shop Boys) atau para spesialis penyanyi lagu orang seperti Apocalyptica dan Igor Presnyakov juga kini saya suka. Musikalitas juga bisa dibuktikan saat sebuah band atau musisi mengkover lagu yang tidak saya suka. Ini lebih hebat jika bisa membuat sebuah lagu yang tidak saya suka menjadi suka, karena ini berarti ia lebih-lebih memahami saya lagi. Tidak hanya itu, semakin lama mendengarkan lagu-lagu cover ini, kita bisa juga membedakan mana yang sekadar mengkover dan yang bisa membawakan lagu itu dengan jiwa. Kadang saya pikir, bisa jadi sebuah band atau artis hanya numpang tenar dengan mengkover sebuah lagu atau berpartisipasi dalam sebuah album tribute penyanyi atau band terkenal atau yang reputasinya bagus. Bisa saja menurut saya, meski saya tidak tahu kenyataannya. Tapi, saya kira itu bisa dibedakan.
Ketiga, dengan mendengarkan lagu-lagu cover, kita juga bisa melihat sejauh mana pergaulan band atau penyanyi itu. Maksudnya bagaimana? Maksudnya pergaulan di sini mungkin lebih pada keterbukaan dan hormat menghormati. Tidak selalu juga cover version menunjukkan senioritas. Bahkan The Cure ikut serta dalam album tribute Depeche Mode sementara menurut saya kedua band itu ada di level yang sama. Atau Annie Lennox yang sudah berkarier sejak 80an menyanyikan lagunya Ash yang kondang di masa saya kuliah. Keterbukaan juga saya hargai, misalnya ketika sebuah band atau penyanyi bisa mengkover band atau penyanyi lain yang genrenya sangat beda, bahkan di saat orang masih sering menganggap genre satu lebih tinggi dari genre lain. Lihat, misalnya saat Manic Street Preachers menyanyikan Umbrella (Rihanna), atau kunjungi saja blog tributes-of-metal.blogspot.com untuk menemukan para band metal menyanyikan lagu pop. Saya rasa perlu dibedakan juga antara gimmick dan tributes dan salah satunya itu bisa dilihat dari pilihan lagu atau artis yang dicovernya. Menurut saya, jika misalnya band death metal menyanyikan lagunya Avril Lavigne, itu gimmick yang agak murahan. Tapi, jika band darkwave membawakan lagunya Lady Gaga itu cukup sebuah tribute. Apa yang membedakan? Tentu saja sepop-popnya seorang artis kita masih bisa kok melihat mana yang berkualitas dan mana yang hanya pure industri belaka.
Nah, sejauh ini, saya memang paling suka jika menemukan lagu yang saya suka, yang berasal dari band yang "kurang terkenal" dicover artis/band yang bereputasi baik. Juga jika ternyata menemukan bahwa band atau musisi ini pernah mencover lagu ini. Seperti detektif saja rasanya. Tapi, sering juga saya temukan satu lagu yang entah kenapa covernya banyak sekali. Lagu macam Enjoy the Silence, Black Hole Sun, Love Will Tear Us Apart, Umbrella, Tainted Love, adalah beberapa lagu yang rasanya sangat sering dicover. Nggak apa-apa juga sih, selama itu bagus. Mungkin mereka cuma ingin menunjukkan kalau mereka cukup eighties, nineties, ngepop, new wave, disko, dsb.
Yang juga mengasyikkan adalah kalau mengetahui jika ternyata lagu yang sangat populer itu ternyata hanya lagu cover version. Saya rasa pendengar musik di Indonesia banyak yang tidak tahu itu. Siapa penyanyi Nothing Compares to You, misalnya? Kebanyakan bilang Sinnead O'Connor padahal penyanyi aslinya adalah Prince. Siapa yang nyanyi Bizarre Love Triangle? kebanyakan kenalnya Frente, padahal New Order. Siapa yang nyanyi Sweet Dream atau Tainted Love, mungkin pada taunya Marilyn Manson. Yang nyanyi Come On Aileen? Bukan Save Ferris donk! All Along Watchtower, bukan Hendrix! I Will Survive dan Perhaps Perhaps bukan Cake. Love Song bukan 311. Don't Dream It's Over bukan Sixpence. Man Who Sold the World juga bukan Nirvana. You Can't Hurry Love bukan Genesis. American Pie bukan Madonna. Landslide bukan Smashing Pumpkins. Big Yellow Taxi bukan Counting Crows. Backdoor Man bukan The Doors. Haduh.. Apa lagi ya? Bahkan Blue Suede Shoes itu hanya dicover Elvis. House of Rising Sun bukan punya the Animals. Perfect Day jelas bukan Duran Duran yang menciptakan. I Fought the Law bukan The Clash. Last Kiss bukan Pearl Jam. Me and Bobby McGee bukan Janis Joplin. Dan Only You adalah lagu Cues yang dicover The Platters, sebagaimana Stand By Me adalah karya Ben E King yang dinyanyikan lagi oleh John Lennon. Aha.. ternyata memang banyak sekali cover version, dan banyak di antaranya bagus-bagus kan? Karena itulah, saya merasa tidaklah tepat jika cover version dianggap tidak kreatif atau hanya dilakukan penyanyi atau band baru saja. Ini asyik sekali sehingga (dan inilah sebenarnya inti blog ini) saya lalu membuat Page di Facebook yang berisi link-link Youtube dari berbagai Cover Version, Mix Version dan juga Live Performance dari artis-artis, musisi, dan band-band yang keren (penampilan atau hasil covernya). Sampai saat ini, setelah berbulan-bulan, baru satu anggotanya: saya sendiri hehehe.. Ternyata susah sekali memang membuat sebuah Page bisa ditemukan tidak sengaja oleh orang yang tidak saya kenal (karena saya memang tidak mempromosikannya). Tidak semua musik di page ini lagu Barat, ada juga beberapa lagu Indonesia atau lagu dari manapun, asal saya kenal lagunya. Meski sendirian, cukup menyenangkan juga mengurusi Page ini. Supaya teman-teman di FB saya tidak terganggu juga jika saya terlalu sering memajang link-link musik (yang banyak di antara mereka tidak kenal atau bahkan tidak suka).
Klik di SINI atau SINI untuk melihat atau bergabung di Pagenya.

Label: , , , ,

Klik sini buat yang penasaran lanjutannya...


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!