Tangan dan wajahku gosong, sementara aku lihat di cermin tatapan mataku terlihat seperti orang juling. Apakah memang begitu kondisi orang jika dipanggang? Kalau melihat bagaimana tatapan mata ikan yang sudah digoreng, mungkin itu benar. Seharian aku mengelilingi Surabaya, ada kalanya juga tanpa arah dan kadang juga di tengah jalan mendadak mengurungkan niat untuk pergi ke suatu tempat. Jika kemarin aku naik bus, angkot, becak dan jalan kaki, hari ini aku mendapat kesempatan meminjam motor Djohan. Suzuki Satria, sepeda motor sport dengan kopling tangan. Bahu dan pergelangan tangan pun sangat capai karena kekurangbiasaan dan kekurangbisaanku mengendarai sepeda motor yang membuatku harus sedikit menunduk dan berat badan lebih banyak berpusat pada kekuatan tangan (demi menjaga agar mesin tidak mati). Aku memang tidak layak mengeluh setelah mendapat hak istimewa seperti itu, dan tentu banyak yang akan bosan mendengarkan orang yang terlalu mengasihani diri sendiri mengoceh tentang berbagai macam perasaan negatifnya. Yang jelas, dari perjalananku hari ini aku kembali tidak mendapat apa-apa yang berkaitan dengan tujuanku untuk mencari info seputar lowongan kerja di Surabaya. Masih marketing, sales, graphic designer dan guru. Aku makin yakin bahwa yang salah adalah aku sendiri. Masalah tuntutan untuk mampu berkomunikasi dengan baik, menguasai program-program desain yang aku masih buta, serta mengajar yang aku masih percaya sebagai bukan kemampuanku. Aku memang sempat sombong dengan mengatakan “Surabaya menolakku”. Seolah aku memiliki kemampuan luar biasa untuk satu atau dua keterampilan istimewa, namun tidak ada institusi atau perusahaan di Surabaya yang membutuhkannya. Seakan Surabaya telah melewatkan bakat potensial ini untuk memberi kontribusi yang pasti bagus untuk mereka. Omong kosong! Dan aku bilang ini bukan agar dikasihani dan dihibur oleh orang lain. Ini suatu pendapat atau kesimpulan yang serius, kemampuan yang aku miliki masih jauh untuk bersaing di kota-kota besar. Beberapa waktu yang lalu aku mengecek kembali hasil terjemahanku yang pernah kukirimkan ke sebuah penerbit (kecil) dari Jogja sebagai semacam portfolio. Kaku, tak jauh beda dengan terjemahan penerbit Jalasutra yang aku kecam sebagai salah satu yang terjelek. Bahkan kalau dilihat dari topik yang diterjemahkan, penerjemah yang bekerja untuk Jalasutra mungkin lebih di atas karena topik buku-buku mereka lebih rumit. Kemarin aku juga sempat melihat sebuah buku terjemahan cerpen-cerpen karya Lu Xun. Aku punya versi bahasa Inggris buku itu, salah satu cerpennya pernah coba aku terjemahkan (belum selesai hingga kini) dan dengan membandingkan keduanya, aku dapati aku masih melakukan beberapa kesalahan fatal. Bagaimana dengan editing? Aku kira hanya bisa diadu dengan orang awam saja. Membandingkan dengan bagaimana temanku yang juga editor dan bekerja di sebuah penerbitan, aku merasa bahwa aku masih bukan editor yang baik. Terlalu sering memperkosa teks dan masih sulit melihat yang mana kekhasan gaya menulis orang (yang tidak boleh diacak-acak semaunya) dan mana yang bukan. Aku sebenarnya juga terlampau banyak alasan dengan enggan menjadi seorang jurnalis atau wartawan surat kabar. Soal jam kerja yang bisa tidak teratur dsb. Aku mungkin juga lupa bahwa wartawan atau jurnalis atau reporter harus memiliki kemampuan mengorek dan mewawancarai narasumber yang mungkin sibuk atau enggan diwawancarai. Sedangkan aku tidak melatih dan mengembangkan kemampuan itu. Apakah mungkin kelasku hanya reporter koran kuning yang bisa menulis sesuatu berdasarkan bayangan dan kata orang lain saja? Aku sempat menyebut lebih suka jadi jurnalis majalah saja. Majalah apa? Bahkan setelah mengamati dan membandingkan tiga majalah musik (Hai, Trax dan Rolling Stone), tiba-tiba kembali nyaliku ciut. Yang lucu, sempat juga aku berpikir aku paling cocok menjadi konsultan tapi lewat tulisan. Apa itu? Seberapa berharganya aku hingga merasa punya hak untuk itu? Hmm, talentaku saat ini mungkin adalah mencela diri sendiri lewat tulisan pendek.
19 Des 2006 – 20 Desember 2006
23.30-00.30
Sebelum ini
Bulanan
- April 2005
- Mei 2005
- Juni 2005
- Juli 2005
- Agustus 2005
- September 2005
- Oktober 2005
- November 2005
- Desember 2005
- Januari 2006
- Februari 2006
- Maret 2006
- April 2006
- Mei 2006
- Juni 2006
- Juli 2006
- Agustus 2006
- September 2006
- Oktober 2006
- November 2006
- Desember 2006
- Januari 2007
- Februari 2007
- Maret 2007
- April 2007
- Mei 2007
- Juni 2007
- Juli 2007
- Agustus 2007
- Oktober 2007
- November 2007
- Januari 2008
- Februari 2008
- Maret 2008
- April 2008
- Mei 2008
- Juni 2008
- Juli 2008
- Agustus 2008
- September 2008
- Oktober 2008
- November 2008
- Desember 2008
- Januari 2009
- Februari 2009
- Maret 2009
- April 2009
- Mei 2009
- Juni 2009
- Juli 2009
- Agustus 2009
- September 2009
- Oktober 2009
- November 2009
- Desember 2009
- Januari 2010
- Februari 2010
- Maret 2010
- April 2010
- Mei 2010
- Juni 2010
- Juli 2010
- Agustus 2010
- September 2010
- Oktober 2010
- Desember 2010
- Januari 2011
- Februari 2011
- Maret 2011
- April 2011
- Mei 2011
- Juni 2011
- Agustus 2011
- September 2011
- Oktober 2011
- November 2011
- Desember 2011
- Januari 2013
- Maret 2013
- Maret 2015
- Mei 2015
- Februari 2022
Egos&Temans
- alterpedia
- onemoretunes
- onie
- julie
- dwi
- carol
- jessie
- dian
- tyka
- vero
- panjul
- daru lak
- debbie
- rossalyn
- bayu
URL Lainnya
- titikoma | dead air | koil | andreas-h | enda-n | eka | kliping buku | hoax | saltum | DRS | biopsychiatry | jogja | pasarsolo | mediabersama | matabaca | ruangbaca | indymedia | youtube | indoprogress | popculture | kunci | endonesa | rumah kiri | marxist | NLR | marxists | burgomeister | manybooks | OBT | donlot youtube | sing365 | deviantart | songmeanings | imdb | britfilm | readprint | googlelit | gutenberg | links indo | digital books | books download | preterhuman | information | mininova | wikipedia | anarchopedia | uncyclopedia | stanford | myth | encyclopedia | alamat | teori | lit-teori | misshacker | awful | vtunnel | make up | tutorial | mandarjn | banner | colors | javascript | blogthings | archive | nguping | lentera
XML
0 Responses to “Catatan Nyaris Seminggu #12”