Catatan Nyaris Seminggu #15 (end)
0 Comments Published by ary on Sabtu, 23 Desember 2006 at 1:21 PM.Sancaka, 21 Desember 2006
Sejujurnya memang kelihatan seperti agak "gimana" menulis di buku kecil seperti ini sementara orang lain di sekitar kita sedang menikmati pemandangan di luar jendela, merokok, berbincang-bincang dengan penumpang di sebelahnya, tidur, sms an, makan atau minum hingga mendengarkan musik. Tak terkecuali jika aku mengeluarkan buku. Tapi itu tak masalah buatku. Penumpang di sebelahku kali ini seorang bapak lagi. Pendek, gempal, botak dan berewokan serta rasanya belum sempat mandi pagi ini, wajahnya mengingatkan aku pada seorang aktor Indonesia tapi lupa siapa namanya. Ia jelas lebih ramah daripada bapak yang berada di sebelahku hari Jumat lalu. Basa-basi rutin, tentang tujuan turun. Namun aku sangat mengantuk kali ini. Mencoba tidur dan walaupun tidak ada lagi tas besar di depan kakiku, tidur masih susah juga dilakukan di bangku kereta kelas bisnis. Namun lumayan bisa tidur juga untuk beberapa menit. Buku hanya terbaca beberapa halaman. Selalu seperti itu. Aku bisa menghabiskan banyak bab di perjalanan berangkat tapi selalu tidak bersemangat lagi di perjalanan pulang. Tak lama, perut lapar dan tenggorokan seperti hendak panas dalam sejak kemarin. Sayangnya es jeruk dan semua minuman dingin sudah habis, kata pramugara kereta. Sedari tadi aku memang mencoba menunda hingga tak tahan lagi seperti sekarang.
Hey, beberapa kilometer sejak melewati stasiun Madiun, Paron bahkan sampai beberapa puluh meter sebelum Balapan, di luar terlihat banyak sekali kupu-kupu. Ratusan atau ribuan, pokoknya kebanyakan terbang bersama-sama sekitar belasan. Warnanya semua hijau, putih atau kuning seperti daun. Tiap kereta bergerak melewati sawah, kupu-kupu itu terlihat terbang, beberapa ada yang hampir masuk ke dalam gerbong. Mungkin kupu-kupu itu ingin mengejar kereta atau laju dan desau angina yang dihasilkan besi tua ini yang telah menakutkan kupu-kupu itu.
Aku memang tak pandai mendeskripsikan sesuatu yang sederhana menjadi indah-indah. Jika menjadikannya lebih muram mungkin aku lebih bisa. Anak-anak kecil di bangku seberang malah lebih dapat melakukannya, mereka menamai daerah-daerah yang dilewati kereta kami itu dengan nama “kebun kupu-kupu”.
NB: setelah aku sampai di rumah, sebuah surat yang belum dibuka dari House of Sampoerna Surabaya sudah ada di atas meja ruang tamu. Kubuka, isinya bukan sesuatu yang mengejutkan (yang lebih mengejutkan adalah kenapa mereka mengirim lewat pos dan bukan email saja). Aku tahu mama dan kakakku kemungkinan besar sudah membayangkan yang muluk-muluk dan optimis. O, mandi dan tidur kuharap bisa menyegarkan.
0 Responses to “Catatan Nyaris Seminggu #15 (end)”