perjalanan lalat hijau

LALAT HIJAU, sebuah catatan perjalanan untuk beberapa waktunya ke depan


Sudah Lama Nggak Ada Musik

Rupanya saya memang sudah lumayan lama tidak mengikuti perkembangan dunia musik. dimulai sejak saya bisa dibilang seorang diri di kota ini. di kota di mana saya selalu berada di lingkungan yang belum melihat fungsi lain dari musik, selain untuk hiburan. pada mulanya memang terasa, namun lama-kelamaan juga mulai tidak terasa. ini bisa terjadi salah satunya karena saya kadang masih menemukan musik-musik bagus yang selama ini 'terselip' di antara koleksi saya. jadi awalnya saya mengira referensi musik saya masih cukup update. apalagi ditambah fakta bahwa saya hanya membawa dua keping mp3 dari rumah djohan.

Tapi kenyataannya tidak begitu. di rumah djohan saya tidak berhasil mengopi begitu banyak mp3 karena adanya perbedaan selera yang saat ini cukup terasa antara saya dan djohan. waktu itu saya jelas tidak berminat mengopi file-file musik metal yang sedang ia dalami, kondisi ini beda dengan setahun atau tepatnya dua tahun yang lalu (karena tahun lalu ia sudah mulai ke punk) saat djohan masih sedang sangat menyukai shoegaze dan juga indie pop. sedangkan kunjungan ke onie yang terakhir malah lebih kepada mengopi artikel/ebook ketimbang musik. selain karena di onie belum ada cd writer, mungkin ia juga sudah mulai menginjak fase di mana orang menganggap musik yang ia sukai di zamannya jauh lebih baik dibanding zaman sekarang.

Begitulah, mungkin lebih dari setahun saya tidak banyak mendengar info soal musik atau artis baru yang menonjol. tidak ada yang benar-benar murni, terutama musik luar negerinya. Feist, Erlend Øye, itu tidak murni karena ada hubungannya dengan KOC. atau mungkin malah hanya Diary of Dream yang cukup murni, saya mengenalnya dari koleksi musik di multiply seorang 'online buddy'. saya juga sudah cukup lama tidak mengunjungi toko kaset (karena di kota ini saya belum menemukan toko kaset yang lengkap), bahkan saya juga cukup lama tidak mengunjungi lapak-lapak penjual cd dan mp3 bajakan.

Lebih lagi, saya sudah mulai menemukan kenikmatan di dunia membaca buku (kertas maupun ebook). tapi karena saya belum juga bisa menjadi orang yang sedikit kaya, jadi dana untuk musik tanpa sadar saya alihkan kepada buku dan ke warnet tentunya (warnet di kota ini mahal dan koneksinya lelet).

Untuk itu, saya sudah tidak pernah lagi beli kaset. kaset terakhir yang saya beli adalah kaset benni bennasi (judul albumnya lupa), rasanya itu sudah lebih dari satu setengah tahun yang lalu. setelah kaset itu, minat saya juga sudah makin menurun drastis. selain karena menikmati musik dengan format kaset sudah makin banyak ditertawakan orang, selama dua tahun belakangan praktis hanya dua kaset yang sempat menarik saya untuk membelinya, albumnya Goldfrapp dan Le Tigre. tapi saya selalu merasa dua puluh dua atau dua puluh tiga ribu rupiah sangat mahal. saya selalu membandingkan harga itu dengan harga jika saya ke warnet, mendownload album itu dari multiply. biaya yang saya keluarkan barangkali tidak semahal itu. apalagi dengan Rp. 23.000,- selain mendownload saya juga masih bisa melakukan banyak hal (termasuk mendownload lagu dari artis lain). jadi, kaset mungkin benar-benar akan saya tinggalkan kecuali ada yang benar-benar istimewa, meskipun cd original juga belum mampu saya beli. membeli cd/mp3 bajakan, mengopi punya orang dan download dari internet sekarang akan menjadi cara saya. tapi saya berharap akan ada cara baru yang lebih efisien dan murah.

Tapi ternyata, terakhir kali saya membeli mp3 adalah sekitar 5-6 bulan yang lalu. mp3 yang ada albumnya Muse yang baru serta musik-musik sepakbola. sedangkan cd adalah album film horor lokal yang di antaranya menampilkan Koil dan Kubik. dan sebelum ke djohan, memang ada sekitar dua mp3 yang saya peroleh dari mengopi koleksi mp3 milik sebuah warnet di jogja plus mengopi file mp3 milik sebuah warnet di solo dengan memakai flash disk. isinya sangat beragam, tapi yang jelas ada beberapa album (entah isinya lengkap atau tidak), seperti lagu-lagunya Deathcab for Cutie, Media Distorsi, Cranes, Pet Shop Boys, Depeche Mode, Sigur Ros, the Cardigans, Beatles for Babies, Team Lo, Emi Fujita, Astrid. itu untuk mp3 dari warnet. sementara mp3 dari teman, saya dapatkan dari onie yakni albumnya Massive Attack, soundtracknya 24 Hours Party People dan pembacaan puisi Neruda oleh artis-artis Hollywood yang diiringi theme song film Il Postino. ada juga sedikit dari erick yang di antaranya berisi musik plesetan Lounge Against the Machine dan musik Indonesia delapan puluhan. itu sekitar tiga bulan yang lalu.

Sekarang yang download. nyaris setahun yang lalu saya sempat seperti gila mendownload banyak mp3. tapi setelah itu, mengingat biaya yang sangat besar dan warnet yang makin lelet, saya lama tidak melakukannya lagi. file mp3 terakhir yang saya download untuk mengisi waktu adalah lagu Serenade dari Emiliana Torrini. mungkin itu sudah sekitar tiga-empat bulan lalu. itu saja.

Awal desember kemarin saya ke surabaya. dari djohan saya mendapatkan dua keping mp3 yang isinya antara lain Erase Errata, Echobelly, the Warlocks, Erlend Øye, Feist, Frank Zappa, Jaco Pasterious, Yeah Yeah Yeahs, Clap Your Hands, the Stills, Bloc Party, the Adams, Jack Johnson, dsb. tapi sebagaimana saya katakan di atas, itu belum membuat saya merasa bahwa referensi musik saya sudah jauh tertinggal. baru minggu kemarin saya mendapatkan pencerahan itu.

Saya lupa kenapa saya tiba-tiba ingin mendownload, terlebih karena waktu itu saya ada di warnet yang biasanya tidak begitu kencang koneksinya. oh ya saya ingat sekarang, itu bermula pada hari sabtu malam di mana saya ingin menyewa film untuk mengisi hari libur. dan ketika saya mencoba melewati sebuah rental dan penjualan dvd bajakan yang sempat beberapa minggu tutup, ternyata waktu itu kok sudah buka lagi. karena sedang tak ada dvd player, saya melihat-lihat saja dan sempat tertarik dengan Perfume. lalu saya beralih ke mp3 yang juga dijual di sana, saya kira saya bisa mendapatkan mp3 albumnya Homogenic yang baru. tapi tak ada. dan niat untuk mencari dan mendownload musik-musik kembali muncul. lagu-lagu Portishead, Olive, Ivy sering mengiang di kepala saya. kemudian Anja Garbarek, nama itu sempat menghantui saya selama beberapa hari dan menjadi sasaran utama saya.

Semula saya cuma ingin mendapatkan satu atau dua lagu saja dari multiply. tapi ternyata, seperti mukjizat, kecepatan koneksi internet saat itu rata-rata bisa berkisar di atas 7 kb/s dan tak jarang belasan kb/s. saya pun kegirangan dan tak hanya Anja Garbarek (dapat dua setengah lagu) saja yang didapat. saat saya mengetikkan Homogenic dan Koil yang biasanya kosong, ternyata kali ini sudah ada. Lalu saya juga mendapat tujuh lagu (yang utuh) dari album Goldfrapp yang baru, tapi entah apakah itu album yang sama dengan yang pernah saya taksir kasetnya. album yang bagus, mungkin lebih bagus dari Felt Mountain karena lebih elektronik. untuk yang Koil mungkin saya sedikit kurang puas karena lagu-lagunya dari album yang awal-awal sehingga sound mereka masih terdengar sederhana dibanding sekarang. Homogenic? sejauh ini baru Utopia yang nyantol karena sudah sering didengar dan dilihat video klipnya. selain itu saya juga mendownload beberapa lagu Ladytron yang belum saya punya. masih banyak yang belum saya download memang, tapi lain waktu saya akan menuntaskannya. sayang sekali, lagu-lagu dari Kate Havnevik baru kepikiran belakangan, di saat koneksi sudah mulai lambat dan ketika saya coba download ternyata beberapa kb sudah terputus.

Di luar dari artis-artis yang sudah saya kenal, waktu itu saya juga mengenal beberapa band atau artis hebat lainnya. Baxter, Dot Allison (tapi saya hanya berhasil dapat satu lagu ketika ia berkolaborasi dengan Death in Vegas), Inga Liljestrom, Nouvelle Vague, Airlock, album solonya Hope Sandoval, Olive. tentu saja hanya satu atau dua lagu saja yang saya dapat dari masing-masing artis di atas. waktunya tidak cukup karena kecepatan akses yang ajaib itu hanya berlangsung sekitar tiga jam. tapi mengenal mereka semua membuat saya seperti harus memukul jidat saya keras-keras. bagaimana bisa selama ini saya melewatkan untuk mengenal mereka?

Waktu mendownload itu saya juga sengaja memakai referensi situs alwaysontherun.net dan tripofaglia, dua situs saja sudah membuat saya seperti kekenyangan. namun ambisi rakus saya adalah mengenal semua artis yang ada di situs-situs lain yang sejenis, yang beberapa daftarnya sudah masuk ke links multiply saya. dan saya jadi seperti seorang computer nerd yang jatuh cinta dengan sesuatu dari dunia maya. ketika saat melihat foto-foto artis yang kebanyakan membawakan genre trip hop, ambient pop atau elektronika itu, saya pun berdecak. musik yang bagus, suara yang dahsyat, penampilan yang elegan dan menarik. dan saya masih belum berkesempatan mengenal Bang Gang, Mulu, Anjali, Krom, dll. saya juga belum menyentuh yang genrenya indie pop, meskipun biasanya indie pop masih didominasi oleh pria. belum juga yang genrenya ditulis pop/rock, meskipun musiknya seperti Skin, Feist, Bic Runga, dll. jadi kesimpulannya, saya sudah kembali rakus. mungkin jika sabtu nanti saya bisa ke jogja, itu akan coba saya puas-puaskan.

0 Responses to “Sudah Lama Nggak Ada Musik”

Posting Komentar


Web This Blog


XML

Powered by Blogger

make money online blogger templates




Free chat widget @ ShoutMix

Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign
Join the Blue Ribbon Online Free Speech Campaign!



© 2006 perjalanan lalat hijau | Blogger Templates by GeckoandFly.
blog ini berisi catatan, kenangan, keluhan, caci maki, khayalan, pengakuan, tiruan, dan hasil kopi paste
blog ini tidak ada hubungannya dengan lalatx atau padepokan silat tertentu, pengelola sebenarnya tidak suka warna ijo!